Yang dimaksudkan dengan tata penyajian di
sini adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan materi sekar gending
pada pergelaran wayang golek, baik mengenai perlengkapan instrumennya,
gending-gending yang digunakan, fungsi waditra dan lain-lain.
(a). Instrument yang digunakan
Seni Padalangan menggunakan iringan
gamelan lengkap, tetapi di Pasundan kadangkala masih ada yang tidak semua waditra dipakai karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat kadangkala hanya memakai dua
bauh saron, panerus/demung, bonang, gambang, kendang, rebab dan gong.
Penempatan gamelan diatur sedemikian rupa, diusahakan waditra rebab sebagai
pembawa lagu dapat terdengar jelas oleh semua penabuh. Untuk waditra yang
bersuara keras ditempatkan di belakang supaya tidak menganggu atau menutupi
suara waditra lain
(b). Fungsi Karawitan dalam mengiringi
pergelaran, berfungsi:รพ
Pengiring gerak wayang (sabet wayang ketika wayang menari maupun berkelahi)
- Pengiring juru kawih (sekar/vokal)
- Pengiring kakawen dan “haleuang” dalang
- Penggambaran dramatisasi pemeran lakon (sedih, gembira, bingung, dan lain-lain)
- Pengiring adegan-adegan dalam garapan seni padalangan
Untuk mewujudkan suatu penyajian yang
berhasil, maka fungsi pokok karawitan sebagai pengiring seni padalangan ini
ialah adanya suatu kesatuan yang harmonis dalam menjalin sebuah lagu sesuai
dengan yang dikehendaki oleh ki dalang. Keserasian dalam menabuh gamelan ini
merupakan suatu syarat mutlak dalam sajian seni padalangan.
Karena karawitan di dalam padalangan
adalah gending-gending untuk mengiringi gerak-gerak wayang dan vokal, baik yang
dinyanyikan ki dalang maupun juru kawih, lagu-lagu yang dibawakannya ditujukan
kepada penjiwaan dan watak wayang serta watak lagu itu sendiri, yang dalam
menentukan lagu-lagu itu atas permintaan ki dalang.
(c). Gending-gending untuk mengiringi Seni
Padalangan* Tatalu
Gending untuk tatalu ditabuh sebelum
pertunjukan wayang dimulai, dengan maksud mengumpulan penonton dan
pemberitahuan kepada mereka yang bersnangkutan (penerima tamu, yang punya
hajat, dalang, juru kawih). Lagu-lagu yang dihidangkan dalam tatalu antara :
Gending Jipang Karaton, Jipang Ageng, Jipang Renggong, jipang Wayang. Pada
umumnya gending-gending inilah yang disajikan.
* Gending Panyambat
Panyambat artinya memanggil dalang. Jadi,
gending panyambat adalah sebuah gending yang mengisyaratkan agar sinden, dalang
naik ke pentas untuk segera memulai pagelaran wayangnya. Gending-gending yang
dihidangkan dalam gending panyambat ini adalah Gending Banjar Mati. Dewasa ini
nama lagu itu berubah menjadi Banjar
* Gending Puja Mantra
Seperti garapan padalangan pada umumnya,
sebelum memulai menggarap ceritera wayang, dalang kelihatan mengucapkan
mantra-mantra/doa yang diyakini olehnya. Pembacaan mantra/doa diiringi salah
satu gending, diantaranya gending-gending seperti Gending Papalayon Ageng
dilanjutkan ke Karatagan Pedot atau dapat dipilih seperti Gending Karatagan
Losari, Karatagan Ageng, Karatagan
* Gending Pengiring Pagelaran
Pagelaran semalam suntuk menggunakan gending-gending seperti : Gending
Kawitan, Gending Karawitan, Gending Pawitan, Gendring Bendra, Gending Sungsang.
Gending Karawitan, Gending Pawitan dan Gending Bendra adalah gending-gending
yang jarang dipakai sebagai iringan pergelaran wayang. Kelima gending yang
disebutkan disesuaikan dengan kebiasaan dan kemampuan ki Dalang dalam memahami gending-gending tersebut.
Gending-gending dalam seni Padalangan di Jawa barat, setelah Kayon/Gunungan
dicabut dari pakeliran.
* Gending Jejer Karaton
Setelah dalang mencabut kayon, dilanjutkan
dengan menarikan wayang yang harus berperan dalam jejer karatonan. Biasanya penampilan
tokoh wayang pada jejeran ini diiringi dengan gending Sungsang dan ketika
menyanyikan kakawen permulaan (murwa) dapat diingi oleh salah satu gending
seperti : gending Golewang, Gending Kulu-Kulu Bem, Gending Kawitan, gending
Karawitan, gending Pawitan, gendering Bendra atau dengan Gending Sungsang.
Bahkan ada pula yang tidak menggunakan
salah satu gending yang disebutkan di atas. Hal ini tergantung kepada kemampuan
ki dalang dalam penguasaan lagu-lagu tersebut.
* Gending Badaya Karaton
Sebelum dimulai dengan “Pocapan”, dalam
seni garapan padalangan didahului dengan menarikan “Badaya” untuk wayang
perempuan dan “Maktal” untuk wayang laki-laki. Tarian ini tidak menjadi
keharusan, walaupun pada umumnya garapan padalangan di Jawa Barat selalu digunakan,
tarian ini untuk menghormati para tamu yang menghadap raja.
* Gending di Paseban
Gending yang dipakai untuk jejeran
Pasebanan ini pada umumnya adalah : Papalayon Solo atau Karatagan Wayang,
demikian pula pada waktu wayang-wayang itu meninggalkan paseban. Gending para
tokoh wayang yang akan menghadap masuk paseban antara lain:
- Untuk raja gagah: gending Macan Ucul,
Ombak Banyu, bendrong, Waledan dan gending-gending lainnya yang sejiwa.
- Untuk raja lungguh atau satria: gending
Renggong Gancang, kulu-Kulu Gancang atau gending yang iramanya sedang. Selesai
paseban, gending beralih menjadi gending yang lain seperti lagu gehger sore,
atau lagu-lagu jalan lainnya.
- Tokoh Rahwana dan sejenisnya
mempergunakan gending khusus tapi tetap berpola pada patokan tabuh gending
tradisi yang ada, sedangkan para ponggawa lainnya antara lain: Gending Gunung
Sari, Palima, Panglima, Solontongan, Leang-leang. Tokoh Kresna biasa
menggunakan gending Sinyur atau Sanga Gancang. Pilihan-pilihan gending
didasarkan kepada watak dan sifat tokoh wayang sebab akan dirasakan adanya
kejanggalan apabila gending untuk satria lungguh digunakan pada wayang untuk
ponggawa.
* Gending-gending lainnya
Untuk mengiringi perkelahian/peperangan,
pada umumnya menggunakan gending Sampak Wayang atau gending Sampak Patra juga
gending Ayak-Ayakan. Untuk gending panakawan gending Kicir_Kicir, Jangkrik atau
Eling-eling dengan maksud untuk mengalihkan adegan kepada adegan berikutnya.
Gending gending seperti Paksi Tuwung, Gorompol digunakan untuk para satria,
apabila dalam keadaan sedih dapat menggunakan Gending Udan Mas, Sedih Prihatin,
Tablo,Idan lagu sejenisnya. Dalam perang Barubuh atau Perang akhir dapat
digunakan gending Rampak Sinyur.
Urutan gending-gending di atas dapat
diubah, asal dengan jiwa dan watak gending yang sama, bahkan penempatan
gending-gendingnya pun dapat dialihkan pula.
Demikianlah tata penyajian sekar gending
pada pergelaran wayang golek, gending-gendingnya harus dipelajari secara khusus
karena memerlukan penguasaan perbendaharaan gending-gendiang agar kebutuhan
karawitan bagi iringan pertunjukan wayang dapat dipenuhi.
Dari uraian-uraian di atas dapatlah
ditarik kesimpulan untuk cirri-ciri karawitan pengiring pergelaran wayang
sebagai berikut:
(1). Peralihan embat berdasarkan ketentuan
dalam tata gending.
(2). Pergantian gending berdasarkan
norma-norma gending yang telah ditetapkan dalam komposisinya.
(3). Keras lemahnya gending diatur menurut
kebutuhannya.
(4). Cempala dan Kecrek merupakan sarana
yang utama bagi seorang dalang selaku sutradara dalam pergelaran wayang.
(5). Ketika wayang menari, maka kendang
merupakan pengiring gerak. Keras lemahnya berdasarkan kepada gerak wayang itu
sendiri.
(6). Peranan waditra Rebab sangat menonjol
pada waktu gending mengiringi Sekar/Vokal
(7). Gambang dan rebab berperanan pada
waktu gending iringan Kakawen, Haleuang Dalang dan sebagainya, juga berfungsi
sebagai ilustrasi.
No comments:
Post a Comment